welcome

Senin, 04 Desember 2017

PENGALAMAN BERNIQAB DI KOTA TUA

Hari Minggu kemarin gue main ke Kota Tua. Gila ya hampir tiga tahun di Jakarta baru sekali ini kesana haha. Kira-kira dari Tebet sekitar 30 menit menggunakan commuterline. Pertama nyampe kesana kesan gue tentang tempat itu 'tua dengan bangunan bergaya Belanda'. Karena gue cukup capek duduk lama di commuterline gue duduk bentar selonjorin kaki begitu sampai disana.

Tiba-tiba ada seorang perempuan berpakaian hitam from head to toe berniqab pula nyamperin gue. Kemudian salah seorang dari mereka menyampaikan maksudnya yang intinya adalah minta gue untuk menjadi salah satu model buat nyobain pakai niqab. Sebelumnya dia juga menyampaikan bahwa dia adalah dari aktivis (sorry gue lupa namanya hahaha). Dua atau tiga dari mereka akai jilbab palestine. Itu loh jilbab hitam dengan list merah-ijo-putih, but I don't know what its mean. Yang gue tangkep niat mereka baik sih, semacam kampanye berpakaian syari. Jadi yang ditawarkan bukan niqab, ada gamis dan jilbab juga. Nah karena alhamdulillaah gue udah berpakaian syari mereka cuma minta gue untuk nyobain pake niqab. Akhirnya gue iya-in. Dibawalah gue ngumpul sama model yang lain. Sampai disana salah seorang dari mbak mbak berniqab ini ngasih instruksi kalau tempat disitu panas dan cari tempat yang lain. Berjalanlah gue dan yang lainnya buntutin mereka. Saat mereka naruh barang-barang mereka karena gue pikir udah menemukan tempat yang cocok, tau ngga sih apa yang terjadi? Mereka diusir sama petugas di situ. Mereka disuruh keluar dari area Kota Tua :(
Disini gue ngga ngerti siapa yang bener dan siapa yang salah. Gue ngga tau embak embak ini udah ngantongin ijin atau belum. Atsu petugas tadi memang tidak mau mereka ada disana. akirnya kami benar-benar di pinggir jalan raya. Kemudian gue nanya ke salah satu dari mereka,
"Maaf, ini kira-kira masih lama nggak ya? Soalnya saya ditungguin sama suami dan anak saya."
"Iya kak, kakak mau cadarnya tali atau bandana?", katanya sambil ngambilin cadar.
"Hmmm tali aja kali ya."

Terus dipakein.
"Gimana kak rasanya pake cadar?"
"Mungkin lebih tertutup kali ya."

Terus dipoto
"Sudah kak, kakak boleh kembali. Makasih ya kak udah mau jadi model kami, maaf jadi lama karena insiden tadi."
"Iya gapapa kok. Oiya ini cadarnya dibalikin ya."
" Dibawa pulang kakak aja kalau mau. Mau dipake atau dilepas dulu silakan. Ini kak kalau mau ambil gamis atau jilbabnya juga boleh"

Ya. mereka ngasih gamis, cadar, dan jilbab gratis. Karea gue merasa mampu beli gamis dan jilbab jadi gue tolak dan bilang makasih. Gue ambil cadarnya saja dan berpaitan pergi. Buru-buru gue nyari anak suami taunya mereka asik banget naik sepeda berdua haha
Moral vaue yang gue dapet dari kejadian ini mungkin gue bisa nyobain niqab, rasanya pake nqab seperti apa. Selain itu gue jadi makin sadar kalau berjuang dalam kebaikan itu BERAT :)
Jadi Desi udah berniqab belum? Belum. Yang di instastory itu iseng sajah :)
Sorry for this imperfection picture
anak gue mau ikutan poto haha
tapi ini poto tadi pagi ya, bukan kemaren :D

Kamis, 02 Juni 2016

TENTANG KRITERIA PASANGAN HIDUP

Setiap orang pasti punya setidaknya satu angan-angan ingin memiliki pasangan hidup seperti apa. Saya pun demikian.  Tapi itu dulu, sebelum saya menemukan seseorang dan mencintainya tanpa syarat. Terdengar seperti dongeng ya? Ya memang begitulah adanya, mencintainya tanpa syarat.

Begitupun dengan suami saya, yang saya yakini memiliki kriteria pasangan hidup yang tinggi. Iya, saya yakin sekali suami saya menginginkan hafidzoh, wanita dengan kerudung lebar sepantat atau bahkan bercadar, memiliki ilmu agama yang mumpuni, dll. Pokoknya yang tipe-tipe akhwat gitu lah ya dan nggak saya banget. Namun yang membuat saya masih tidak percaya hingga saat ini adalah sebuah alasan dia memilih saya sebagai teman hidupnya. Nyaman. Itu saja. Kemudian saya mengingat-ingat kalau dulu saya juga punya beberapa kriteria laki-laki idaman, yang ternyta juga jauh sekali dengan personal suami saya. Rasanya saya ingin tertawa. Iya, kriteria itu tidak berguna. Saat sudah jatuh cinta dengan seseorang kriteria itu hanya sederet list-list.

Pada akhirnya semua tipe dan kriteria yang kamu punya akan dikalahkan oleh dia, yang punya waktu dan menyamankan hidupmu.

:)

Rabu, 04 Mei 2016

SATU TAHUN PERTAMA

Masih jelas kuingat bagaimana bahagianya kita saat itu, saat kamu menghalalkan aku sau tahun yang lalu. Tanggal 2 Mei yang lalu hari itu berulang, satu tahun pernikahan kita.
Bagaimana rasanya? Apa kamu juga bahagia? Bahagiakah kamu melewati 365 hari bersama wanita di sampingmu? Jangan tanya aku, sudah pasti aku bahagia. Hingga lupa rasanya kalau aku pernah patah dan sakit hati sebelum ini. Tak banyak yang ingin kutulis, sayang. Hanya rasa terimakasihku yang meluap karena hadirnya kamu. Terimakasih karena memelukku di saat aku menangis. Terimakasih untuk setiap hari yang penuh warna. Terimakasih telah menerima segala kurang dan sedikit lebihku. Terimakasih karena kamu ada.
Sekian hari kita bersama aku menyadari satu hal. Kita menjadi lebih tahu satu sama lain. Hanya lebih tahu, bukan tahu. Iya, kita masih harus belajar dan belajar lagi. Tetaplah seperti itu, menyayangiku.

with love
your wife

Rabu, 06 April 2016

PENGALAMAN MENDUA

Kita belum pernah bertemu sebelumnya, tapi entah mengapa aku takut kehilangan kamu. Takut sekali. Sesekali aku membayangkan bagaimana wajahmu. Akankah seperti aku atau seperti dia yang sering kugenggam erat tangannya. Diam-diam aku merindukanmu tanpa sepengetahuannya. Mungkinkah aku mulai mencintaimu? Kapan kita akan bertemu? 
Datanglah segera dan berikan aku peran baru, sayang.

Senin, 04 Januari 2016

Dua Atau Tiga Bulan Lagi

Aku masih ingat, percakapan kita di chatting sekitar bulan Agustus 2014…
“Dek, dua atau tiga bulan lagi aku mau nikah, insyaallah. Udah ada inceran, tapi belum berani ngomong.”
“Oooh gitu. Ditunggu deh undangannya :)”

Tapi kamu bohong! Dua tiga bulan setelahnya aku tak menerima undangan apapun darimu, tak ada kabar heboh yang menandakan kamu akan menikah, tapi kamu justru mencoba dekat dengan wanita itu, aku.
------

Oktober 2014, aku mencoba menanyakan siapa wanita yang dulu pernah dia incar dan sampai sebegitunya tidak berani ngomong. Baiklah, aku hanya tersipu :)

Ketika Belum Ingin dan Diinginkan

Setiap orang pasti punya relationship goals, entah menikah, punya anak, atau hidup bahagia layaknya pangeran dan putri dalam dongeng. Setiap manusia pasti ingin mengakhiri masa sendiri dan bahagia dengan  berkomitmen. Namun itu semua ada waktunya, pun setiap orang tidak sama. Ada yang diberikan jodoh begitu cepat ada pula yang harus lebih sabar menunggu. Ada yang sudah ingin, tapi belum diinginkan. Ada yang belum ingin, tapi sudah diinginkan. Ada yang sudah ingin dan diinginkan, inilah yang membahagiakan.

Lalu bagaimana jika kita belum ingin ataupun diinginkan? Ya usaha. Berusahalah agar kamu diinginkan. Tak perlu menyodorkan diri kepada lawan jenis. Tak perlu mempersolek diri agar terlihat cantik sebab cantik itu relatif. Jadilah apa adanya, itu penting. Lakukan hal yang berkelas seperti menyibukkan diri, memperpantas diri, dan yang terpenting berbahagialah. Kesendirian juga harus dinikmati :)
Serius. Kesendirian memang harus dinikmati. Tak perlu larut dalam kesedihan karena masalah jodoh. Hey, kamu bukan detergen! Tuhan sudah mengatur, percayalah. Konsep jodoh itu misterius, aneh, absurd, dan agak membingungkan. Kamu yang ragu jadi diyakinkan, yang yakin justru diragukan. Yang jauh didekatkan, yang dekat bisa saja dijauhkan karena memang bukan jodoh. Yang benci banget tau-tau jadi cinta banget, yang bukan tipenya tapi suka suka aja (kayak aku :p).

Aku juga pernah melewati fase belum ingin dan diinginkan. Rasanya biasa saja karena memang belum begitu kepikiran untuk kesana. Rasanya masih jauh.
“Nya, kayaknya aku nikahnya usia 28 tahunan deh”
“Ga kelamaan??”
“Enggak, uda aku itung. Mateng.”

Besok paginya…
“Nya, kayaknya aku nikah deh tahun depan.”
“…………..”
Lalu menikahlah seorang Desi di usia 22 tahun :))


Aku pernah bahagia pacaran
Aku pernah bahagia sendirian
Sekarang aku bahagia berkomitmen 

Sabtu, 12 Desember 2015

Tentang Masa Lalu

Aku yakin semua orang punya masa lalu. Entah yang menyenangkan, menyedihkan, dan memuakkan. Pada masanya seseorang akan menutup pintu masa lalunya hingga terkunci rapat. Sebab ia tak akan kembali kesana. Terlebih etika sudah menjalani komitmen dengan pasangannya, menikah.

“Dik, itu dulu, 2013 apa kamu mau menilaiku saat ini dari tahun 2013?”

Aku terdiam

“Aku juga pernah stalking akunmu, tapi aku ga pernah tanya apapun. Iya, aku dulu memang bermasalah dengan beberapa wanita, kontak dengan mereka, tapi itu dulu. Waktu itu kan aku belum kenal kamu. Tokh waktu sama kamu aku juga sudah tidak lagi menghubungi mereka. Yang sudah terjadi ga bisa kuperbaiki. Aku hanya bisa memperbaiki yang sekarang. Tolong dimengerti. Tolong pengertiannya. Yang lalu ya sudah biarkan berlalu.”

Aku masih terdiam, terbaring lemas mendengar suaranya yang semakin terisak. Hingga aku tak tahan untuk memeluknya dari samping. Aku bisa merasakan pipinya basah. Gerimis di pipinya turun bersamaan dengan gerimis dari langit. Ingin sekali kuucap maaf, tapi entahlah mulutku seperti terbungkam suasana. Aku merasa bodoh.
Iya, seharusnya aku tak perlu stalking akun twitternya sampai cemburu. Awalnya bukan stalking, hanya saja aku rindu dengan kami dulu di twitter, lucu sekali. Hingga aku kebablasan membuka tweet dari tahun 2013. Aku menemukan canda setengah mesra dengan seorang perempuan yang dulu di waktu awal kami kenal Aa sering sekali menyebutkan namanya. Bahkan aku ingat ia menyama-nyamakanku dengan wanita itu. Sebagai wanita yang meskipun bukan siapa-siapanya siapa sih yang tidak kesal dibandingkan disamakan dengan wanita lain? Ya kesal ya cemburu. Duh.

Seharusnya memang mengungkit masa lalu itu tidak perlu. Terlebih sekarang dia sudah menjadi orang yang paling dekat, orang yang halal melihatmku tanpa sehelai benang. Pun dia tidak pernah mengungkit masa laluku yang terbilang...hancur. Seharusnya aku berterimakasih padanya karena menerima masa laluku seperti apapun itu, tak peduli dulu aku bagaimana dan seperti apa. Masa lalu tempatnya bukan di masa depan, masa depan bukan untuk masa lalu. Jangan dibalik-balik. Kadang, untuk menghargai orang yang bersama kita memang cukup sederhana, dengan terus berada di sampingnya tanpa melihat apa yang terjadi di belakang. Hanya cukup terus bersamanya, hingga menua, bersama.
Masa lalu sudah punya porsinya sendiri. Ia sudah punya batasannya sendiri. Jangan khawatirkan masa depan, sebab masa depan menyediakan bahagia yang tak terduga. Percayalah.

Akupun percaya, beberapa orang dalam hidup kita memang ditakdirkan hanya untuk mengisi masa lalu, tapi tidak masa depan. Beberapa orang lainnya ditakdirkan untuk megisi hati, tapi tidak untuk mengisi hidup. Sebagian lainnya bersemanyam dalam ingatan, tapi sudahterkubur dalam hati.
Terimakasih untuk mengajakku menua bersama :)
Aku bahagia karena orang itu adalah kamu :')